Definisi Guru dan Pemenang Global Teacher Prize

Slot 777 Gacor Mudah Maxwin
September 17, 2023
Cara Mendapatkan Bonus New Member di Situs
September 18, 2023

Guru adalah sosok pahlawan yang benar-benar dekat bersama kehidupan kami sehari-hari. Dengan kesabaran dan ketulusan hati, mereka mengajar, membimbing, dan mendidik murid-murid mereka kendati hadapi banyak tantangan.

Untuk menghargai jasa para guru di seluruh dunia, terdapat penghargaan internasional bertajuk Global Teacher Prize yang diselenggarakan oleh Varkey Foundation. Penghargaan ini diberikan setahun sekali kepada seorang guru yang dinilai sudah mengimbuhkan kontribusi luar biasa terhadap dunia pendidikan. Apakah kamu menginginkan tahu siapa saja yang pernah memenangkan penghargaan ini terhadap 3 tahun terakhir? Yuk click here for info guru-guru paling baik di dunia ini!

Peter Tabichi (Pemenang Global Teacher Prize 2019)

Peter Tabichi adalah soerang guru sains yang mengajar di Keriko Mixed Day Secondary School, desa Pwani, Kenya. Desa ini termasuk area terpencil di negara berikut yang masih dilanda persoalan layaknya kekeringan air dan kelaparan. 95% muridnya berasal dari keluarga miskin dan banyak di antaranya yang sebelumnya pernah putus sekolah, sudah menikah dan hamil dini, dan menjadi pecandu narkoba. Maka, pasti saja Tabichi mengemban tugas yang tidak mudah. Ia mesti mengajar di sedang fasilitas ruang kelas seadanya, keadaan internet yang buruk, dan rasio perbandingan siswa dan guru adalah 58:1.

Namun, ia tidak menyerah. Dengan kegigihannya, ia membentuk Klub Sains di sekolah berikut dan sukses mengantarkan murid-muridnya memenangkan bermacam persaingan sains nasional dan internasional, termasuk penghargaan dari Royal Society of Chemistry di Inggris. Sekolah area Tabichi mengajar pun kini dipandang sebagai keliru satu sekolah paling baik di Kenya. Lambat laun, rasa keyakinan diri para murid di sekolah itu turut meningkat. Banyak para muridnya yang kini mengenyam pendidikan hingga tingkat universitas. Kehebatan Peter Tabichi tidak berhenti hingga di sini. Ia termasuk tetap mendonasikan 80% penghasilan bulanannya untuk mendukung orang-orang yang tidak cukup mampu. Luar biasa sekali, bukan?

Andria Zafirakou (Pemenang Global Teacher Prize 2018)

Andria Zafirakou adalah seorang guru kesenian yang mengajar di Alperton Community School, Brent, London Utara. Lingkungan tempatnya mengajar ini termasuk keliru satu lokasi bersama tingkat kemiskinan tertinggi di Inggris. Selain itu, para muridnya termasuk mampir dari begitu banyak ragam latar belakang etnik. Terdapat lebih kurang 130 bahasa yang digunakan di komunitas tersebut. Menghadapi perihal ini, Andria mengusahakan keras untuk merancang kembali rencana pelajaran di sekolah itu supaya dapat sesuai bersama kebudayaan tiap-tiap muridnya dan tidak mendiskriminasi siapa pun.

Ia pun studi pembicaraan basic 35 bahasa yang digunakan sehari-hari oleh keluarga muridnya, layaknya bahasa Gurajat dan Tamil. Dengan begitu, ia dapat menjalin komunikasi yang lancar bersama para orang tua dan termasuk muridnya. Karena terasa dirangkul bersama baik, para muridnya pun menjadi tambah semangat belajar. Dedikasi Andria sukses membawa dampak sekolah Alperton menjadi keliru satu sekolah paling baik di Inggris. Sekolah ini sukses mencapai penghargaan Institute of Education’s Development Mark Profesional, sebuah gelar kehormatan yang hanya pernah diraih tidak cukup dari 10 sekolah di Inggris.

Maggie MacDonnell (Pemenang Global Teacher Prize 2017)

Maggie Macdonnell adalah seorang guru asal Kanada. Ia sehari-hari mengajar di sebuah desa bernama Saluit, yang merupakan pemukiman orang-orang Inuit. Desa ini terletak di lokasi Kanada yang dekat bersama lingkaran Arktik. Wilayah berikut hanya berpopulasi 1.300 jiwa dan saking terpencilnya hanya dapat dibuka melalui jalan udara. Sepanjang tahun, suhu udara di sana benar-benar dingin, dan terhadap musim dingin dapat mencapai -25 derajat celcius. Tantangan yang dihadapi oleh Macdonnell tidak hanya itu. Di Saluit, jumlah guru benar-benar sedikit gara-gara keadaan ekstrem yang ada. Ada termasuk banyak persoalan sosial yang menimpa para remaja di sana, layaknya tingginya persoalan bunuh diri, maraknya kehamilan dini, hingga kekerasan seksual.

Bukannya menyerah, MacDonnell justru tertantang untuk mendukung merampungkan persoalan pendidikan dan sosial di sana. Selain mengajar pelajaran akademik di dalam kelas, ia aktif mengadakan bermacam program untuk menangani persoalan yang ada. Contohnya layaknya membawa dampak pelatihan-pelatihan yang mengembangkan keterampilan siswa, menyediakan area fitness supaya para siswanya hidup lebih sehat, dan menginisiasi program makan sehat gratis di sekolah. Usahanya ini menghasilkan hasil gara-gara ia sukses menghimpit angka bunuh diri di sana. Selain itu, ia termasuk mendedikasikan diri menjadi orang tua asuh bagi lebih dari satu orang siswanya yang merupakan masyarakat Inuit.

Hebat sekali, ya ketiga guru ini. Meskipun hadapi banyak tantangan dan keterbatasan akses, para guru ini tidak menyerah dan tetap bersemangat untuk mengajar para muridnya. Atas jasa dan pengabdian yang sudah dilakukan, mereka beroleh hadiah sebesar 1 juta dollar AS.

Nah, apakah kamu termasuk mengenal guru yang menurutmu benar-benar berjasa dan inspiratif layaknya mereka? Jangan lupa untuk mengapresiasi dan menghargai guru-gurumu, ya!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *